SENGGOL DISEK LUR...........!!

Sedulur Kakung/Putri engkang sampun kerso pinarak Plerenan AIIZ.COMMO "Blog'e Tjah Galeck" Kawula aturaken Sugeng Rawuh lan Sugeng Pinarak. Menawi Wonten kirange papan pasuguhan kawula anamung aturaken sedoyo kalepatan. Sembah nuhun

BLOG KAWULA

Zodiak Hari Ini

Curahan Pena Hati

Wanita Sholeha

Belajar Sholat

Puisi



Jumat, 19 Agustus 2011

Belajar Tentang Islam

Wednesday, May 11, 2011


Memahami Tawakkal secara syar'i, meraih ketenangan hati..

Tawakkal adalah penyandaran kepada Allah Ta’ala dalam mendapatkan apa-apa yang diinginkan dan dalam menolak apa-apa yang tidak disukai, bersamaan adanya ketsiqahan/kepercayaan kepada-Nya, dan melakukan sebab-sebab yang diperbolehkan padanya.

Sehingga didalam tawakkal adanya dua... perkara: yang pertama: bersandar kepada Allah dengan penyandaran yang jujur dan hakiki. Kedua: melakukan sebab-sebab yang dibolehkan padanya.



Maka barangsiapa yang menjadikan penyandarannya kepada sebab-sebab itu lebih banyak maka berkuranglah tawakkalnya kepada Allah, dan jadilah dia orang yang menodai dalam masalah pencukupan Allah (terhadap hamba-Nya), .

Dan sebaliknya barangsiapa yang menjadikan penyandarannya kepada Allah tetapi melalaikan/tidak mengambil sebab-sebab, maka sungguh dia telah mencela dalam masalah hikmahnya Allah, karena sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu itu ada sebabnya.

Bila demikian maka tentu tawakkal dalam diri manusia bertingkat-tingkat, dimana ia (tawakkal) akan menguat dalam diri seseorang sejalan dengan bertambahnya iman pada dirinya dan sebaliknya ia akan melemah dengan berkurangnya keimanan dalam dirinya.

Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal.”
(QS. Al Anfal: 2).

Tawakkal adalah ibadah yang agung, yang dengannya seorang hamba mendekatkan diri kepada sang Penciptanya

Allah berfirman,

... Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Al Maa'idah:23)

Imam Ahmad mengatakan, “Tawakkal adalah ibadah hati.”

Dan Allah berfirman,

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS AthThalaq: 3).

Pada ayat ini Allah menjanjikan atas siapa saja yang bertawakkal padanya dengan diberikan balasan berupa kecukupan. Balasan yang besar ini tentu tidak akan tercapai kecuali dengan ibadah yang benar dan besar pula.

Hal yang mendorong seorang hamba untuk bertawakkal kepada Allah, menyandarkan hati padaNya ialah hendaknya mengetahui bahwa bukanlah hak makhluk memberikan kemanfaatan dan kemudharatan, hidayah dan kesesatan, meninggikan dan merendahkan, serta memuliakan dan menghinakan. Tetapi Allah, Dialah Rabb seluruh makhluk dan manusia, yang telah menciptakannya, memberi rizkinya, memberi petunjuk padanya, serta menganugerahkan segala nikmat untuknya dan segala sesuatu berada didalam kehendak-Nya.


Tawakkal dan melakukan sebab.

Mengambil sebab yang disyariatkan adalah dalil akan kebenaran tawakkal dan kejujuran orang yang bertawakkal.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Meninggalkan sebab berarti celaan terhadap syariat dan akal, sedangkan bersandar pada sebab (tanpa tawakkal) adalah kesyirikan.”
(Majmu’ul Fatawa: 8/175-176).

Berkata Ibnul Qoyyim, “Telah menjadi kesepakatan bahwa tawakkal tidaklah menafikan untuk mendatangkan sebab/usaha. Tidak sah tawakkal kecuali dengan itu, jika tidak maka hal itu adalah kebatilan dan tawakkal yang rusak. Suhail bin Abdillah berkata, ‘Barangsiapa mencela usaha /sebab, berarti ia telah mencela sunnah, barangsiapa mencela tawakkal berarti ia telah mencela iman, maka bertawakkal adalah keadaan nabi sedangkan usaha adalah sunnahnya (petunjuknya). Siapa saja yang beramal dengan keadaannya, janganlah meninggalkan sunnahnya.’” (Lihat Madaarijus Saalikin: 2/116).

Jika tawakkal sebagai ibadah, maka tidak boleh menyandarkannya kepada selain Allah, sebab hal itu adalah bentuk kesyirikan. Begitu pula dalam hal mengambil sebab, tidak dibolehkan mengambil sebab, kecuali yang diperkenankan menurut syariat.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang melakukan ibadah tawakkal dengan baik. Amin..

(Nabi Ibrahim berkata): "Ya Rabb kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali." (QS.Al Mumtahanah:4)

By Untaian Hikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar